Buscar

Páginas

Putri Merah Muda


In the name of Allah..

hmmm.. mendengar kata merah muda atau yang sering disapa "pink" itu sebenarnya tak jauh-jauh dariku. orang-orang terdekat di sekitarku telah tahu bahwa satu-satunya warna yang membuatku langsung tersenyum senang ketika melihatnya, yah warna Pink.

aku sendiri tak tahu, kenapa bisa menyukai warna pink (merah muda), warna yang terkadang menurut sebagian orang terlalu Centil, manja, bahkan norak.. tapi aku tak peduli dengan segala pendapat negatif mereka tentang warna yang sangat kusukai itu.. hihihi~

sebenarnya, bahkan orang-orang yang belum mengenalku sekalipun mungkin tahu apa warna kesukaanku dengan melihat berbagai pernak-pernik atau barang-barang milikku.Sebut saja, kerudung, tasbih, sajadah, notebook, headset, warna kamar, tas, sepatu,pulpen,tempat pensil, baju, gelang, serta masih banyak lagi, semuanya warna pink. kalo orang-orang bertanya padaku mau ole-ole apa, pasti kalau bukan makanan ya aku biasanya minta barang dengan syarat warna pink, hehehe (ribet ya)itu juga kalo mereka bersedia.

Tidak ada salahnya kan menyukai sesuatu? Islam itu indah, menjelaskan tentang seluruh fitrah seorang manusia, yang pasti tertarik akan sesuatu hal. bangga dong jadi muslimah! ;) bisa bebas menyukai apa saja, berekspresi apa saja, asalkan tetap berada pada batas syar'i. berlebih-lebihan itulah yang "dilarang".

aku sendiri menyukai warna pink pun tak begitu berlebihan juga sih. intinya cuma suka. hehe. kesannya lucu dan lembut.

karena kesukaanku itulah, seseorang menjuluki diriku sebagai....
"Putri Merah Muda" ^^

-semoga putri merah muda bisa menjadi muslimah yang senantiasa berjuang di atas bumi Allah :D-
-----------Salam Manis untuk Kalian <3----------

Inginku, juga Inginmu

Angin sejuk menghempas lembut wajah.. semilirnya menenangkan diri.
Cahaya matahari ikut menghangatkan suasana kala itu.
Tetesan embun pagi turut menambah kekuatan pikiran.
Rerumputan serta pepohonan hijau seperti mengucapkan salam dengan senyum semangatnya, mencerahkan pandangan di setiap sisi.
Beberapa burung sibuk mendendangkan alunan gembira bersama, saling mengiringi, bersaut-sautan.

langit biru seluas yang tak terukur , selalu setia dengan awan-awannya, seperti masih menyisakan lahan untuk terantarnya berjuta harapan dan doa penduduk bumi.
Semua ini hanya segelintir nikmat yang diberikan oleh-Nya, belum lagi hela nafas dan detak jantung yang tak berhenti walau sekejap, penglihatan, pendengaran, penciuman, yang masih berfungsi dengan baik tuk menyadari bahwa Kebesaran-Nya itu ada! Nyata! Dan sempurna..

Akal sebagai tolak ukur sebuah pemahaman.. serta hati yang menggambarkan bagaimana keadaan ruh yang masih saja bergabung dengan jasadnya.

Subhanallah
Ternyata Allah masih menyimpan satu kenikmatan lagi, yang tidak semua insan kelak turut merasakannya,

Yah betul, kenikmatan itu adalah Jannah.. sebaik-baik tempat kembali yang telah Allah janjikan. Yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Terkhusus untuk orang-orang yang setia meniti jalan-Nya walaupun penuh onak dan duri.. sesekali terjatuh namun tak putus asa. Lisannya selalu mengucapkan puji untuk-Nya, tangannya selalu bersedekah, dan matanya selalu tak kuasa membendung air mata ketika mengingat-Nya.

Namun, ternyata masih ada satu lagi yang jauh lebih membahagiakan dari sebuah Jannah,

Apa itu?



melihat wajah Allah…..

Ana mencintai kalian karena Allah,
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang dimudahkan jalannya ke Jannah, dan diberi kesempatan terbaik tuk melihat wajah-Nya.
Saling memotivasi ya akhi dan ukhti 

Tentang Masyitha

In the name of Allah

Ehm, nama memiliki arti yang sarat akan do’a untuk sang pemilik. Perkenalkan namaku adalah Masyitha Zahra, nama hijrah yang diberikan oleh Murabbiyah tercintaku ^^ nama ini diambil dari nama Masyitha wanita mulia terdahulu.. belum tahu? Wah kalau begitu, yuk kita simak sejarah tentang Masyitha ini..


Masyitha pelayan putri Fir’aun. Ia ibu yang melahirkan putra-putra berlian. Wanita yang berani mempersembahkan jiwa-raga untuk agama Allah swt. Ia seorang bunda yang memiliki sifat kasih sayang dan kelembutan. Mencintai anak-anaknya dengan cinta fitrah ibu yang tulus. Masyithoh berjuang, bekerja, dan rela letih untuk membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat.
Bayangkan, anaknya yang terkecil direnggut dari belaian tangannya. Si sulung diambil paksa. Keduanya dilemparkan ke tengah tungku panas timah membara. Masyithah menyaksikan itu semua dengan mata kepalanya sendiri. Kalbu ibu mana yang tidak bergetar. Hati ibu mana yang tidak hancur bersama luruhnya jasad buah hatinya. Jiwa ibu mana yang tidak tersembelih dan membekaskan rasa sakit dengan luka menganga? Masyithah melihat sendiri si sulung dan si bungsu menjerit kesakitan terpanggang di tungku timah panas membara.
Itulah peristiwa dahsyat yang dihadapi Masyithah, sosok yang menakjubkan dalam cinta kepada Allah swt. Ia seorang ibu mukminah yang sangat sabar dan memiliki anak-anak yang shalih lagi baik hati. Cinta yang bersemayam dalam hati mereka adalah gejolak iman yang mampu melahirkan sebuah pengorbanan yang sempurna. Kehidupan dunia tidak mampu mengalihkan mereka dari cita-cita meraih keridhaan Sang Pencipta. Inilah hakikat yang sebenar-benarnya: Iman yang baik akan mampu mengalahkan tarikan dunia dengan segala isinya.
Tuhanku Allah
Tidak diragukan lagi, siapa yang pernah merasakan pahitnya kezhaliman meskipun sesaat, mencicipi sakitnya siksaan meskipun sebentar, pasti akan tahu mengapa Rasulullah saw bersabda, ”Kezhaliman akan membawa kegelapan di hari kiamat.” (Bukhari)
Masyitha telah merasakan beragam kezhaliman dan penyiksaan. Semua ketidaknyamanan itu dihadapinya dengan tegar sampai akhirnya ia bertemu dengan Tuhannya dengan ridha dan diridhai. Masyithah mengajarkan kepada kita tentang sempurna dalam berkorban dan total dalam berderma. Ia telah sukses mendidik anak-anaknya untuk mempersembahkan nyawa mereka untuk Allah swt.
Rasulullah saw. bercerita kepada kita, “Ketika menjalani Isra’ dan Mi’raj, aku mencium bau yang sangat harum.” “Wahai Jibril, bau harum apa ini?” tanya Rasulullah. Jibril menjawab, “Ini bau harum Masyitha –pelayan putri Fir’aun– dan anak-anaknya.” Saya bertanya, “Apa kelebihan Masyitha?”
Jibril menjawab, ”Suatu hari Masyithah menyisir rambut putri Fir’aun. Sisirnya jatuh dari tangannya. Ia berkata, ‘Bismillah.’ Putri Fir’aun kaget dan berkata kepadanya, ‘Dengan menyebut nama ayahku.’ Ia menolak. ‘Tidak. Akan tetapi Tuhan saya dan Tuhan ayah kamu adalah Allah.’ Ia menyuruh putri itu untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada ayahnya.
Putri itu pun menceritakan kepada Fir’aun. Maka Fir’aun memanggil Masyithah. Fir’aun bertanya, “Wahai Fulanah, apakah engkau punya Tuhan selain aku?” Ia menjawab, “Ya, Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah Allah.” Fir’aun marah besar. Ia memerintahkan dibuatkan tungku besar yang diisi timah panas; agar Masyitha dan anak-anaknya dilemparkan ke dalamnya. Masyithah tidak menyerah. Begitu juga anak-anaknya. Masyitha meminta satu hal kepada Fir’aun, “Saya minta tulangku dan tulang anak-anakku dibungkus menyatu dengan kain kafan.” Fir’aun menuruti permintaannya.
Bismillah
Sungguh, Masyitha wanita terhormat lagi mulia. Ia hidup di istana raja. Ia dekat kekuasaan karena tugasnya merawat anak Fir’aun. Akan tetapi keimanan kepada Allah swt. telah membuncah di kalbunya. Kadang ia menyembunyikan keimanannya seperti yang dilakukan istri atau keluarga Fir’aun yang muslim lainnya.
Bedanya ketika iman telah memenuhi kalbu, maka lisan akan mengucapkan apa yang terpendam dalam kalbu tanpa beban, tanpa paksaan, dan tanpa rasa takut. Inilah yang dilakukan Masyithah. Ia mengatakan dengan dilandasi fitrah yang suci, ”Bismillah”, tanpa memikirkan resiko yang akan dialaminya. Ia telah mengungkapkan isi kalbunya yang telah disimpannya berhari-hari bahkan bertahun-tahun. Ia memproklamasikannya dengan bangga dan gembira. Bahkan, ketika putri Fir’aun memintanya untuk mengakui ketuhanan ayahnya, ia menolak tegas dengan mengatakan, ”Tuhan saya dan Tuhan ayah kamu adalah Allah.”
Ia tidak takut siksaan. Ia tidak gentar dengan kekuatan Fir’aun yang terkenal bengis dan tidak berperikemanusiaan. Apa pun yang terjadi, ia hadapi dengan tegar.
Ujian Kalbu
Sungguh ujian berat menimpa wanita mulia ini beserta anak-anaknya. Fir’aun menghukum karena mereka beriman kepada Allah swt. dan rela dengan agama yang mereka anut. Tanpa belas kasih Fir’aun melempar anak-anak Masyithah satu demi satu ke tungku besar berisikan timah panas yang mendidih. Fir’aun melakukanya untuk menakut-nakuti Masyithah. Fir’aun berharap naluri keibuan Masyithah iba akan nasib anak-anaknya dan itu membuatnya lemah lalu mau kembali mengakui Fir’aun sebagai Tuhan. Akan tetapi Allah swt. memperlihatkan kepada Fir’aun bahwa yang menggenggam kalbu Masyithah adalah diri-Nya. Apakah Fir’aun mampu menguasai kalbu seseorang yang telah beriman? Mungkin ia bisa membunuh jasadnya, tapi mampukah membunuh ruhnya? Itu mustahil dilakukan Fir’aun.
Apa yang dihadapi Masyithah adalah ujian yang berat bagi kalbu orang yang beriman. Namun, dorongan keimanan yang kuat membuatnya bertahan dan keluar menjadi pemenang. Masyithah dan anak-anaknya membuktikan keimanannya kepada Allah dengan mewakafkan diri hancur disiksa dengan cara yang sangat tidak berperikemanusiaan oleh Fir’aun.
Pelajaran dari Kisah Masyithah
Masyithah telah wafat. Tapi, kisahnya belumlah berakhir. Sampai saat ini, kisahnya masih terngiang di telinga orang-orang yang rindu bertemu dengan Allah swt. Karena, Masyithah telah memberi cambuk yang senantiasa memotivasi kita untuk meraih kehidupan yang baik dan lebih baik lagi.
Ada sejumlah pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Masyithah, di antaranya:
• Iman adalah senjata yang sangat ampuh. Karena, iman adalah kekuatan yang bersumber dari ma’iyatullah (kebersamaan dengan Allah swt dan lindungan-Nya). Allah swt berfirman, ”Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl:128)
• Sabar dalam menghadapi cobaan dan teguh dalam pendirian, itulah yang dibuktikan oleh Masyithoh dan anak-anaknya. Rasulullah saw bersabda, ”Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dibanding mukmin yang lemah, dan masing-masing dari keduanya mendapatkan kebaikan.” (Muslim)
• Selalu ada permusuhan abadi antara hak dan batil, antara kebaikan dan keburukan. Meskipun keburukan banyak dan beragam, namun pasti ujungnya akan lenyap. Karena yang asli adalah kebaikan.
• Allah swt. akan meneguhkan orang-orang yang beriman ketika mereka dalam kondisi membutuhkan keteguhan tersebut. Sebab, ujian itu sunnatullah. Pasti akan datang kepada setiap orang yang mengaku beriman.
• Muslim yang sejati tidak akan tunduk kecuali kepada Allah swt. Dan ia senantiasa melaksanakan kewajiban amar ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
• Peran dan kontribusi kaum wanita muslimah tidaklah lebih kecil dibanding pria dalam mengibarkan panji kebenaran. Para wanita memiliki peran yang besar dalam dakwah ilallah sejak zaman dahulu. Syahidnya Masithah akibat siksaan Fir’aun adalah bukti puncak pengorbanan yang pernah dilakukan wanita dalam sejarah.
• Balasan amal yang didapat seseorang adalah sesuai dengan kadar amal perbuatan itu sendiri. Allah swt. telah menghancurkan Fir’aun dan menghinakannya namanya dalam catatan sejarah yang akan terus dikenang sepanjang kehidupan manusia sebagai manusia terjahat. Sedangkan Masyithah diabadikan namanya dengan harum, dan menjadikan dirinya dan anak-anaknya wangi semerbak di langit tujuh karena perbuatannya yang baik. Jibril mencerita hal ini kepada Rasulullah, dan Rasulullah menyampaikannya kepada kita untuk dijadikan teladan.
• Allah swt. tidak akan menyiksa seseorang karena dosa orang lain.
• Sungguh, cerita seperti ini berulang dan akan terus berulang sepanjang waktu. Selalu akan ada orang zhalim dengan beragam bentuk kezhalimannya dan selalu ada orang yang akan menentang mereka meski tahu ada siksaan dan cobaan menyertai usaha baiknya itu. Kisah tetap satu: cobaan akan terjadi, tapi para pahlawan selalu memiliki kemiripan. Ending-nya tidak akan berubah, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Ar Rum: 47, ”Dan sesungguhnya kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa, dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”
(Disadur dari Majalah Al-Mujtama’ Edisi Februari 2007).

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/04/157/bau-harum-masyithoh/#ixzz1csZwESMX


Subhanallah, semoga bisa mengikuti jejak beliau, istiqomah hingga akhir~

Hari raya telah datang ^^

Sabtu, 9 Dzulhijjah 1432 H

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaaha illallah Hu WAllahu akbar
Allahu akbar walillahilham...

hati merasakan kebahagiaan yang tak bisa dilukiskan maupun digambarkan ketika silih berganti gema suara mesjid di dekat rumah terus menyuarakan dzikir tanda kebesaran-Nya.

Sebentar lagi, hari raya umat muslim untuk seluruh dunia akan datang,
tidakkah kita merasa senang?
saat keesokan harinya, umat muslim berbondong-bondong untuk beribadah secara berjamaah untuk Allah semata..
Masya Allah..
para malaikat-malaikat-Nya serta seluruh penduduk langit juga ikut turut merayakan hari besar kita ini..
tidakkah kita merasa menang?
ketika telah melaksanakan ibadah-ibadah yang Allah sangat mengutamakannya di 10 hari pertama bulan dzulhijjah? semoga Allah menjadikannya amalan yang dapat menjaga diri-diri kita ketika di akhirat nanti.

Taqoballallahu Minna Wa Minkum..
Selamat Hari raya Idul Adha 1432 H
^^ semoga akhi dan ukhtifillah bisa menjadi insan yang lebih baik kedepannya..
Aamiin Allahumma aamiin

sekilas kata

In the name of Allah..

langit memancarkan warna abu-abu, dengan awan gelap yang berlomba-lomba mengisi tiap sisi-sisinya, berkumpul..

Ketika titik-titik air yang jatuh perlahan-lahan menjadi deras, sadarkan diri tuk bersyukur, karena untuk sekian juta kalinya, Rabb kita menurunkan rahmat

Allah meluangkan banyak peluang tuk kita berdoa, memohon atas segala hasrat dan keinginan kita. seharusnya kata-kata yang keluar dari lisan hanya ucapan syukur semata, bukanlah keluhan.

ingatlah wahai saudariku.. keluhan hanya akan mengikis tiap-tiap kebaikan.
jadilah orang yang tetap terjaga, dalam kondisi apapun, Allah kan selalu ada, mendengar dan memahami masalah jiwa..

-Masyitha Zahra-